Minggu, 11 Maret 2012

tinjauan feminis novel Sukreni Gadis Bali

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Kata Pengantar
Puji syukur saya haturkan ke hadirat Ilahi atas karunianya yang tidak terhingga sampai akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Feminisme secara etimologis berasal dari kata femme (woman) yang berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan hubungan antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat alamiah), masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis dan kultural).
Dalam pengertian yang luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalkan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.
Sementara dalam kenyataannya, perempuan pada masa kini banyak yang direndahkan. Dalam berbagai hal, perempuan dianggap lebih lemah daripada laki-laki. Hal ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan para perempuan untuk menyamakan kedudukan dengan laki-laki (emansipasi). Emansipasi lebih banyak dikaitkan dengan gerakan perempuan dalam menuntut persamaan hak dengan laki-laki. Pengenalan istilah ‘gender’ digunakan untuk mereduksi feminitas dan maskulinitas sebagai batasan yang sama dengan suatu jenis kelamin biologis pada individu.
Masalah yang terus-menerus tentang emansipasi sebenarnya bukan karena laki-laki menjadikan wanita sebagai objek, melainkan karena perempuan sendiri yang berlaku demikian. Selalu berteriak akan persamaan hak. Dan itu akan selalu ada jika kaum perempuan tidak pernah merasa bahwa laki-laki adalah "mitra" melainkan sebagai pesaing dan musuh.
Oleh karenanya, novel berjudul “Sukreni Gadis Bali” saya jadikan sebagai bahan penulisan karena menurut saya, terdapat citra feminisme di dalam tokoh utamanya, yakni Sukreni. Sehingga saya berniat lebih jauh untuk mengulasnya.
2.      Identifikasi masalah
Untuk menemukan citra tokoh utama dalam Novel “Sepuluh”  tersebut, banyak permasalahan yang timbul, antara lain:
    1. Bagaimana tokoh utama yakni Sukreni dicitrakan?
    2. Bagaimana keadaan dan konflik batin Sukreni dijabarkan?
    3. Bagaimana posisi dan sosok Sukreni ditampilkan?
    4. Apa saja konflik yang timbul akibat relasinya dengan tokoh lain?
    5. Bagaimana kisah cinta Sukreni?

3.      Batasan dan Rumusan Masalah
Penulisan ini dibatasi pada aspek pencitraan tokoh utama yang berjenis kelamin wanita. Dan penulisan ini hanya akan membahas beberapa masalah yang dapat dirumuskan menjadi:
a.          Bagaimana tokoh utama yakni Sukreni dicitrakan?
b.         Bagaimana posisi dan sosok Sukreni ditampilkan?
c.          Apa saja konflik yang timbul akibat relasinya dengan tokoh lain?

4.      Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan adalah untuk mengetahui dan menjawab permasalahan dengan tujuan sebagai berikut :
a.          Mengetahui bagaimana Sukreni dicitrakan
b.         Mengetahui posisi dan sosok Sukreni ditampilkan
c.          Mengetahui konflik yang timbul akibat relasinya dengan tokoh lain
d.         Memenuhi tugas akhir mata kuliah Kritik Sastra




5.      Manfaat Penulisan
Manfaat yang diambil dari penulisan ini adalah bahwa dengan diketahuinya citra perempuan, posisi dan sosok perempuan yang dihadirkan, dan mengetahui konflik yang dapat terjadi, sehingga kita dapat mengapresiasi karya tentang feminisme dengan lebih baik dan bijaksana.




















BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pencitraan Sukreni sebagai Tokoh Utama
Berdasarkan penjabaran yang disampaikan pengarang dalam ceritanya, dapat saya simpulkan bahwa Wulan dicitrakan sebagaimana berikut :
·            Wanita penyabar
·            Sosok wanita yang kuat
·            Taat dan patuh pada orang tua
·            Rajin bekerja
·            Lemah lembut

2.      Posisi dan Sosok Sukreni ditampilkan dalam Novel
Sebagai seorang anak yang taat dan patuh, Sukreni dengan senang hati pergi untuk mencari Ida Gde karena perintah orang tuanya. Suatu hari, Men Negara pemilik kedai kopi di Banjah mencelakai Sukreni. Menteri polisi I Gusti Made Tusan menginginkan keindahan tubuh Sukreni. Akhirnya Sukreni diperkosa di rumah Men Negara oleh  menteri polisi itu. Sukreni pun pergi entah kemana, karena malu pulang ke rumah membawa aib itu. Sukreni tetap mempertahankan bayi yang ada dalam perutnya itu dan merawat anak itu dengan bantuan Ida Gde kekasihnya. Walaupun pada akhirnya anak itu tumbuh dengan perangai kasar dan menjadi perampok.
“Tuan,” kata gadis itu dengan lemah lembut, “adakah Ida Gde Swamba di sini?”….. “Sukreni benarkah penglihatanku ini. Manggis ‘kan jauh dari sini?” kata Ida Gde dengan tersenyum.(hal. 27)
 Cuplikan berikut membuktikan betapa berbaktiSukreni kepada orang tuanya untuk mencari Ida Gde yang jauh dari tempat tinggalnya, serta kesopanan dan kelembutan yang ditunjukkan saat menanyakan keberadaan Ida Gde kepada para pemuda di kedai Men Negara.
gadis itu tidak lain adalah Luh Sukreni, yang telah berganti nama dengan Ni Made Sari. Ia mengubah namanya agar I Sudiana tidak menemukannya. Ia tidak akan pulang ke kampungnya dengan membawa malu dan nama tercemar. Biar ia hilang. Mengembara mencari nafkah di negeri orang agar tidak terlihat lagi olehnya rupa bapak dan sahabatnya… (hal.45-46)
Penggalan novel di atas, menunjukkan ketaatan Sukreni kepada kedua orang tuanya, dengan tidak menginginkan kemalangan yang dia alami tidak diketahui keluarga maupun sahabatnya. Sukreni tidak ingin ayahnya kecewa jika mengetahui nasibnya. Cuplikan itu juga menunjukkan ketangguhan Sukreni, dalam mencari kerja untuk kelangsungan hidupnya dan bayi dalam perutnya.

3.      Konflik yang timbul karena relasinya dengan tokoh lain
….Ni Negari dan Men Negara terpesona melihat gadis cantik berdiri di hadapan mereka. Apalagi I Gusti Made Tusan, Menteri polisi itu, ia seperti melihat bidadari dating dari surga…..(hal. 27)

Potongan cerita di atas menggambarkan kedatangan Luh Sukreni itu justru membuat Men Nagara dan Ni Negeri iri hati, apalagi Sukreni yang lebih cantik itu menanyakan Ida Gde Swamba. Sedangkan Men Negara menginginkan Ida Gde Swamba menyukai anaknya Ni Negari.
Pada kedatanganya yang kedua, Luh Sukreni kembali menanyakan Ida Gde Swamba di warung Men Negara. Namun orang yang dicarinya tak ada. Dengan ramah dan senyum manis, ibu dan anak menerima Luh Sukreni bahkan mereka memintanya untuk bermalam di warungnya sampai Ida Gde Swamba tiba. Tanpa prasangka buruk, Luh Sukreni menerima tawaran itu.
Saat itulah Men Negara menjalankan siasat jahatnya. Pada malam harinya, Luh Sukreni diperkosa oleh I Gusti Made Tusan. Sejak kejadian itu Luh Sukreni pergi entah kemana.











BAB III
METODE PENULISAN

Metode yang saya gunakan dalam penulisan ini adalah Deskriptif  Kualitatif yang menjadikan tokoh utamanya sebagai obyek dan ulasan penulisan saya dalam mengupas sisi feminismenya.
Bagian yang dikupas dalam novel “Sukreni Gadis Bali” ini adalah keteguhan dan kesabaran seorang Luh Sukreni setelah kejadian perkosaan yang dilakukan menteri polisi terhadapnya. Sukreni tetap berjuang mempertahankan hidup dan bayinya hingga lahir, tanpa suami di sampingnya.
Selain itu, saya mencoba agar tak keluar dari garis feminisme yang menjadi tujuan penulisan pokok pembahasan ini.














BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1)      Kesimpulan
Dari pengamatan saya terhadap novel tersebut, dapat saya simpulkan beberapa hal, antara lain:
·               Feminisme merupakan hal yang menarik untuk dibahas dan diperbincangkan
·               Dari sosok yang dicitrakan penulis terhadap Sukreni, dapat dilihat betapa tegar dan kuat tokoh Sukreni dalam novel “Sukreni Gadis Bali”. Walaupun dia perempuan, tapi mampu bekerja keras untuk membiayai hidupnya sendiri.

2)      Saran
Semoga akan lebih banyak lagi penulis-penulis modern yang mengupas sisi feminisme ini di masa mendatang agar lebih mewarnai dunia kepenulisan Indonesia.













DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia/Feminisme: 410
Tisna, A.A. Pandji. 2007. Sukreni Gadis Bali. Jakarta: Balai Pustaka.
http://www.wikipedia.com/feminisme.
http://www.kompas.com/kompas-kritikfeminisme.
http://www.google.com/kajiansastrafeminis.

1 komentar:

  1. The King Casino - CommunityKhabar
    The King jancasino.com Casino is the only casino near the casino. All communitykhabar casino games are https://tricktactoe.com/ legal and the game variety is huge! The games are also bsjeon available at any https://access777.com/ of the

    BalasHapus